Berkelana

Posted by Unknown Rabu, 23 Januari 2013 0 komentar
            Sesuatu yang membuat hati seseorang disaat jenuh dan sepi otak akan mencari jawaban dari pertanyaan hatinya, maka dengan salah satunya adalah sbuah tantangan yang kadang membuat orang berpikiran bahwa itu salah. Setelah dua bulan lebih di Malang dan terkurung dalam kos membuat hati sepi tercetuslah untuk mencari jawaban dalam kesempatan yang ada.
Pertengahan 16 Desember terjadilah kejadian gila dimana tak pernah dinginkan atau terpikirkan orang untuk melakukannya termasuk diri ini. Pagi buta dengan mata terjerat kantuk yang kian mengusik diperbaringan dan merasa jengah langsung terbangaun melancarkan planing dari pemikiran sesaat dipagi ini "yah,aku susul dia". Kutelepon dia dan tak mintain bantuan untuk melakukan kinerja yang selaras antara teman. Perjalan dipercepat pemanasan mesin yang kian menggeram siap meluncur karena waktu kian mendekati telat. Dua motor dengan teman menuju daerah dimana teman tinggal dan menjemputnya pada pagi yang mentarinya semakin tinggi pengaruhi pikiran yang semakin terusik karena yang sebenarnya kami tak tahu jalan dan memang sudah pasti tersesat hingga telat satu jam an. Kami mencoba sabar dan fokus meneliti kata-kata yang dinstruksikan Dahlia yah itu namanya yang mana rumahnya begitu pelosok kata temanku. Kami memutuskan untuk menunggu untuk dia keluar rumah dan mencari posisi kami dimana, tak sampai beberapa menit dia terlihat dikejauhan dan tenanglah hati ini. Kami kerumahnya yang sebenarnya ingin menjeput temanya yang dari karangkates sana, yang katanya sekarang sudah menunggu lebih dari se-jam ditempat biasa bertemu dan aku memutuskan untuk meluncur segera. Persiapan selesai dan langsung ke kampus dengan membawa dia dan menjemput temannya. Berkelana memang kata yang angker apalagi bila dihutan dan kalo ini perjalanan diawal aku mulai melakukan suatu hal yang menyenangkan diri ini, sembari berpikir yang aneh sampailah ke tempat perjanjian dan temannya terlihat duduk, semakin dekat, dekat dan motor melambat sampai berhenti didepannya. Kupandangi dia, muka yang merah karena kepanasan ditambah emosi karena sudah menunggu lama menghias senyum marah yang tak bisa kukatakan apa-apa selain minta maaf dan dia langsung naik dengan menanyakan maksut "apa kalian dengan membuat acara tanpa sepengetahuanku?", terdiam lama mulut ini menjawab karena salah namun mulai kukuatkan untuk menjelaskan dalam menyetir motor. Setelah beberapa lama kujelaskan dia hanya terdiam dengan masih ada perasaan jengkel, kucoba hibur hanya sedikit senyum yang terpampang dispion motor saat kulihat dalam perjalanan tak banyak ngomoong aku karena aku merasa salah membuat dia menunggu amat lama, samapai ke tujuan yaitu kampus.
           Setelah berada didepan gerbang kujalankan motor pelan-pelan dan langsung masuk ketempat tumpengan yang akan dimulai ternyata disini belum ada teman-teman masih sepi hanya beberapa panitia. Motor berhenti dia turun rasa malu sebenarnya karena baru kali ini aku bonceng dia, biarlah tak kuhiraukan langkahku menuju teman sekelas yang sudah dating dan mereka senyum mengejek naun tak kuhirauan. Suasana begitu tegang karena lomba menghias tumpeng akan dimulai semua orang mulai berdatangan sambil meneriakkan sapa diantaranya. Pagi ini begitu cerah secerah kilau indah wajahnya yang masih terselimuti rasa jengkel dan semakin ketahuan pesona menjadikan pagi semakin syahdu. Teman yang membawa kamera ku pinjam dan mendekati semua peserta yang menghias ku jepret semua dan salah satunya dia yang sembunyi-sembunyi menjepretnya. Tak kusangka bila mengagumi seseorang setiap detik pun pasti akan memikirkannya, apa yang dilakuakan, apa yang dirasakan, bahkan yang diinginkan dan namun kenyataanya pertanyaanku itu kepadanya tak pernah terbalaskan dengan memuaskan alias dicuekn, “hah payah,hehe”. Meski “jika nanti kau tak jadi milikku nantinya aku tetap berusaha sekuat hati yang kokoh diterjang sakit dan sepi agar kau bias tahu sebeasar apa perasaan ini”, waktu berjalan seiring dengan lamunanku saat memandangmu sehingga berkunai-kunai mataku semakin tergila-gila memikirkanmu. Inilah kelana hati yang terselip dalam benak logika hati yang kian mengusung tema syair dunia sebagai bahan yang tak pernah henti memanggilku dikala bergairah menghayati kehidupan ini. Burung berkicau waktu berlalu usikan suara gemuruh teriakan orang-orang mengusirku dari dimensi hati yyang mengembang dan menyusuri kesenanganku terhadap apa-apa yang terpikirkan. Setelah selesai memotret daku duduk melihat torang-orang yang saling mendukung kelasnya untuk segera menyelesaikan tumpengnya yang hamper semuanya selesai dan siap untuk dipamerkan, kemudian hitungan mundur tanda akan berakhirnya penghiasan tumpeng dimulai sampai nol  “selasai”. Akhirnya usai waktu menghias dan dimulai penilaian ditengah-tengah penilaian angin tertiup kencang sampai tiar terbang dan menghantam salah satu tumpeng yang sudah jadi “yah hancur tu tumpeng…,terakan teman-teman yang histeris menginstrumen drama “tumpeng ketiban tikar”, hehehe,,.
 .          Dia yang kukelana pertama kalinya menggema selalu dihati yang tanpa kusadari membuat "mentari bertanya pada rembulan yang selalu lari bila dikejar" itulah kenyataan sampai sekarang yang berawal dari pertemuan ordik kampus. Menyatakan masa lalu mengikis perasaan sekarang dan akan terus terjadi jika tak dapat mengendalikan ego. Piakiran indah semakin menggema dan perjalanan sudah hampir sampai di tujuan. Pengumuman siapa yang menjadi jawara dimulai, teriakan teman saling sahut menegangkan suasana yang mana my team kalah tak dapat nomor juara namun kelompok kami atau kelas kami menjadi kelas terkompak yeah we the winner. Terasa lega acara selesai eit ada yang belum setelah pengumuman kami makan hasil tumpeng yang telah dibuat, hehe makan bersama layaknya sunnah Nabi Muhammad SAW alhamdulillah. Selesai makan-makan Istirahat sejenak kemudian beres-beres area, waktu terasa cepat berlalu meninggalkan kenikmatan yang seharusnya lama kecuali disurga yang penuh dengan kekekalan. Kudekati kerumunan cewek dimana disekitar area tidak ada lagi selain segelintir teman dia menanyai kapan pulangnya dan dengan wajah marah-marah, teriakan dan krecek an teman menghujamnya yang mana aku juga merasa mendapatkan itu. Dia ingin langsung pulang namun sepeda motornya masih dipinjem sebentar, dia mengeluh, malu dan marah, kudekati lebih dekat dan inilah the best moment yang mencoba mereda kekalutan dan kemarahan dia. Mendung yang kian menyelimuti langit enggan berkata apa-apa layaknya orang bisu yang yang akan mendatangkan dinginnya air, beberapa detik motor sudah datang dan kau memaksa untuk mepercepat pulang. Ku persiapkan naik dimana tempat membonceng seorang dewi termorer yang tak bisa kubendung panasnya, setelah siap langsung kutancap gas dan pulang. Yang panas sebenarnya air yang mematikan dan amarah hanya perhatian yang meredamkan, andai kata mata dia tak tertutup akan perasaan yang amat sangat tak bisa dibaca mungkin akan sadar dan mau tanpa terkecuali. Perjalanan yang diarngi hujan membuat badan ini tak segar dan lebus bila dilihat orang tak pantas, hehe kumus-kumus. Sampai dipertigaan tempat menunggu seperti biasa turun, namun aku katakan aku ingin mengantarkanmu pulang sampai ke rumah, hujan semakin deras dan terasa mengusik pertemuan sekaligus kebersamaan diantara dua insan yang sedang diuji rasanya, ya ampun... ah macam apa ini!!. Setelah beberapa terdiam kuputuskan mengantarmu sampai rumah, meski sedikit emaksa dan ini adalah keinginanku yang pada akhirnya kau ijinkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman